Best practices for expanding your company internationally
If you’re not sure where to start, here are some best practices for expanding your company internationally.
Start by testing the market. Do you have a unique product or service that will help you succeed in the market, or will you find yourself competing with existing companies?
Next, you’ll need to understand and decide on your operational structure. Will you be setting up a fully independent office and sending your existing staff overseas, or will you be hiring employees from the country you wish to expand to who can help you integrate with the local population, market, and culture? Considering how and who to hire is a big part of taking your company global, and there are many steps you’ll need to consider when hiring new employees in your expanded market.
Payroll options and their implications come next. Countries will have different requirements when it comes to things like salary, taxes, and benefits that you have to offer in order to stay compliant.
Finally, take the time to immerse yourself in the culture. Don’t enter a new market and assume you know best, especially if you’re not already familiar with the country, its culture, and its people. Approach each new market with an open mind and seek out the assistance of local companies or employees that can help you immerse yourself entirely in the culture.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan Voluntary Employee
Voluntary Employee ini menjadi salah teknik terbaik untuk melihat bagaimana pegawai kamu lebih spesifik lagi. Bisa dikatakan kejadian ini dikarenakan, pengunduran diri seorang karyawan karena, alasan pribadi.
Mereka mengundurkan diri tanpa adanya paksaan dari perusahaan atau orang lain. Ada berbagai macam penyebab. Dengan mengetahui berapa presentasenya membuat HR lebih bisa memahami bagaimana kondisi pegawainya.
Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan dengan metode Voluntary Employee sebagai berikut,
Jumlah Voluntary Employee : Rata-rata pegawai keluar x 100
Tinggi dan rendahnya sebuah persen tersebut merupakan sebuah data nyata. Bagaimana setiap karyawan di kantor Anda. Apakah mereka cukup betah atau justru sebaliknya. Untuk mengetahuinya coba ditanyakan.
Sistem pertanyaan tersebut jauh lebih efektif dengan dukungan data ini. Dengan begini, untuk kedepannya dapat dicarikan berbagai macam solusi terbaik. Agar penekanannya dapat terjadi secara drastis.
Utamakan Fleksibilitas
Saat ini, aspek fleksibilitas menjadi aspek penting dalam berjalannya perusahaan. Jika karyawan diberi fleksibilitas yang cukup, maka karyawan juga akan merasa diberi ruang dan hak yang sesuai. Hal ini juga bisa memberikan pengaruh keseimbangan kerja dengan kehidupan karyawan.
Sebagai langkah pasti, perusahaan bisa memberikan waktu istirahat yang jelas, fleksibilitas kerja jarak jauh, dan penjadwalan jam kerja yang terarah. Apabila golongan-golongan ini diterapkan, maka pihak karyawan juga bisa semakin betah untuk bekerja.
Kultur, Koneksi, dan Kontribusi
Strategi retensi akan sukses apabila didukung oleh 3 pilar, yaitu kultur, koneksi, dan kontribusi. Kultur perusahaan bisa menjadi faktor penting dalam memenuhi ekspektasi dan kebutuhan karyawan.
Kultur perusahaan tercipta melalui pengalaman karyawan dengan rekan kerja, manajer, dan atasannya. Mempertahankan lingkungan kerja yang kondusif untuk menciptakan pengalaman kerja yang positif merupakan strategi retensi yang efektif.
Kultur ini biasanya dikaitkan dengan tingkat generasi karyawan. Karyawan dari generasi X biasanya lebih suka lingkungan kerja yang menjamin stabilitas dan keamanan finansialnya. Sementara itu, karyawan dari generasi Y lebih tertarik pada perusahaan yang mendukung pengembangan kariernya.
Strategi ini sudah dipakai Tiket.com untuk menahan laju turnover karyawan. Hasilnya cukup bagus, tingkat turnover karyawan Tiket.com di tahun 2019 hanya 8 persen.
“Harus ada timbal balik plus dari kultur yang baik atau having fun at the office,” ucap Chief People Organization (CPO) Tiket.com, Dudi Arisandi, di acara CEO Power Breakfast by Talenta dengan topik “Preparing Startups Organization for Scalable and Accelerated Growth yang digelar di Ayana Hotel, Jumat (24/1).
Selanjutnya, koneksi adalah pilar kedua. Koneksi bisa dalam bentuk menciptakan hubungan kerja yang positif dan produktif dengan rekan kerja. Bentuk lainnya yaitu menciptakan kehidupan kerja yang seimbang.
Karyawan tentunya lebih menyukai pekerjaan yang menawarkan waktu untuk kepentingan pribadi atau tetap bisa terkoneksi dengan kehidupan di luar pekerjaan, seperti menjalani hobi. Jadi, karyawan tidak begitu terbebani dengan pekerjaannya. Artinya, karyawan membutuhkan fleksibilitas kerja agar bisa rehat dari pekerjaan sejenak.
Ketiga adalah kontribusi dalam hal ini merupakan upaya yang dilakukan manajemen perusahaan untuk mencari tahu kemampuan apa yang paling kuat dari seorang karyawan. Dengan begitu, perusahaan bisa memanfaatkan kemampuan tersebut semaksimal mungkin.
CEO & Co-Founder Agate International, Arief Widhiyasa, bilang dia sangat menghargai kemampuan yang dimiliki karyawannya. Dengan cara tersebut, Agate mampu menekan tingkat turnover rata-rata menjadi 4,3 persen selama 4 tahun terakhir.
“Pokoknya kalau lu jago bakal dihormati, ini akan mendorong kompetisi,” sebutnya.
Strategi Mencegah Tingginya Turnover
Dilihat secara garis besar, alasan turnover karyawan bisa disimpulkan adanya ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi ekspektasi dan kebutuhan karyawan.
Maka dari itu, perusahaan seharusnya lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi karyawannya melalui penguatan strategi retensi dengan menggunakan sistem HRIS online.
Strategi retensi meliputi upaya yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan lingkungan pekerjaan yang mendukung karyawan yang bekerja di dalamnya.
Kebijakan retensi yang diterapkan perusahaan biasanya ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan karyawan.
Dengan begitu, kepuasan pekerjaan karyawan dapat meningkat serta mengurangi biaya tambahan untuk merekrut dan melatih karyawan baru.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan Bulanan
Selanjutnya, setiap pengusaha bisa menggunakan teknik perhitungan bulanan. Para ahli mengatakan periode ini menjadi yang terbaik untuk dilakukan. Terutama bagi industri dengan pekerja paruh waktu lebih mendominasi, mengapa bisa begini?
Kondisi ini diyakini menjadi mampu menjadi penentu bagi setiap kantor dalam mempertahankan pekerja freelancenya. Bagaimana tingkat loyalnya ke perusahaan, begini cara menghitung turnover karyawan per bulan.
(Jumlah tenaga kerja berhenti bekerja : Rata-Rata Pegawai) x 100
Untuk mengetahui bagaimana rata-rata pegawai maka akan ditemukan langkah seperti ini.
Tenaga kerja akhir – awal bulan : 2
Dari langkah tersebut ilustrasinya menjadi seperti ini, rata-rata pegawai di sebuah kantor C ada (100 – 50 : 2) 25. Sementara, untuk pegawai yang berhenti hanya ada 5 saja.
Maka, akan ditemui keluar masuk kantor tersebut adalah 20% saja. Angka tersebut bisa dikatakan cukup rendah dan bagus bagi sebuah usaha. Bahkan, dapat dikatakan sangat kecil, semua orang disana menyenangkan.
HR paham benar bagaimana para freelancer tersebut masih dapat bertahan. Suasana dan kontribusi bekerja yang harus tetap dipertahankan. Semakin bahagia, pekerja semangatnya akan keluar.
Dengan begini feedback ke kantor menjadi sangat baik. Biasanya, usaha tersebut akan lebih cepat untuk berkembang. Jadi, usahakan angka 20% tersebut tetap dipertahankan atau justru diturunkan.
Catat! Urutan Dokumen Saat Melamar Kerja, Dari CV Hingga SKCK
Cara Pencegahan Naiknya Turnover Rate
Mencegah tingginya tingkat turnover karyawan terutama mencegah perginya karyawan yang dapat menyebabkan disfungsi perusahaan. Tergantung dari sistem dan budaya kerja yang dibangun. Berikut pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat turnover karyawan.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan dengan Rumus – Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan menjadi penting untuk dipelajari. Karena, melalui data ini setiap industri bisa mengetahui bagaimana suasana di lingkungan kerja mereka. Apakah nyaman atau justru sebaliknya.
Apa kondisi tersebut sangat penting bagi pengusaha? Iya, bisa jadi mempengaruhi kinerja mereka secara keseluruhan. Bahkan, potensinya mencapai 70% bila keadaan itu tidak ditekan atau dikelola dengan baik.
Turnover Sukarela (Voluntary Turnover)
Ini terjadi ketika karyawan secara sukarela memilih untuk meninggalkan perusahaan. Alasan umum untuk turnover sukarela termasuk mencari peluang karier yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, ketidakpuasan dengan lingkungan kerja, atau masalah pribadi.
Menanam Budaya dan Lingkungan Kerja yang Ramah Teknologi
Berbicara teknologi berarti berbicara tentang kemudahan. Membudayakan teknologi pada organisasi perusahaan termasuk dalam rangka memenuhi kebutuhan karyawan. Misalnya menggunakan software HR untuk kebutuhan kelola karyawan atau menggunakan pekerjaan administrasi lainnya dengan bantuan teknologi.
Contohnya saja menyediakan laptop pribadi untuk kebutuhan kerja. Bayangkan jika suatu saat ada krisis lingkungan atau pandemik, Anda tidak perlu lagi kebingungan terkait work from home karena karyawan telah dibekali dengan laptop kantor.
Hal lainnya adalah terkait employee self-service atau layanan mandiri karyawan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kenyamanan kerja karyawan karena dapat memenuhi segala kebutuhan secara mandiri misalnya cuti, work from home, atau absensi sekalipun.